“Usia muda adalah modal agar
tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal”.(Najwa Shihab)
Tentang Politik sering berisi pesan penuh makna yang mendalam, politik
merupakan seni untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Dunia semacam ini sering menjadi hal yang selalu menarik
untuk diikuti. Alhasil, tak sedikit orang yang membahas perilaku politik.
Namun, ada juga yang acuh dengan dunia politik karena kerap dinilai
menimbulkan kegaduhan. Kendati demikian, dunia politik bisa memberikan perubahan
di masyarakat. Politik turut berperan mewujudkan kebaikan bersama. Hal tersebut
tentunya yang menjadikan banyak orang tersadar untuk berpolitik.
“Politik bukanlah perebutan
kekuasaan bagi partainya masing-masing, bukan persaingan untuk menonjolkan ideologinya
sendiri-sendiri tetapi politik untuk menyelamatkan dan menyelesaikan revolusi
Indonesia”. -Bung Karno
Praktek politik bangsa hari ini tidak sesuai dengan cita-cita revolusi
para Founding fathers karena kerap kali menimbulkan kegaduhan dan
perpecahan antar sesama bangsa, Idealisme diperjual belikan demi kepentingan.
Emha Ainun Najib “Politik dapat
dimanifestasikan berdasarkan filosofi dan tujuan untuk menyediakan kebahagiaan
serta kesejahteraan bagi manusia, tapi yang terjadi adalah kebalikannya”.
Dewasa ini, Perkembangan dinamika politik Nasional semakin kejam, dengan
adanya kepentingan Oligarki kian marak dipertontonkan ke publik, Masih sehatkah
Pertiwiku atau pertiwi kini meringis kesakitan karena luka yang tak berbekas.
Tujuh puluh lima tahun (75th)
sudah Indonesia Merdeka (1945-2020),
Namun kemerdekaan itu belum secara merata dirasakan oleh segenap rakyat
Indonesia, bukankah kemerdekaan itu ialah
hak segala Bangsa? Yang terjadi adalah kemerdekaan
Ialah Hak semacam mereka saja.
Ingat.! Kita adalah generasi yang mewariskan nama besar Ibu
Pertiwi, tapi malah memecah belah bangsa sendiri, karena yang melakukan itu
hanya bangsa Penjajah (kolonial) dll.
“Perjuanganku lebih mudah
karena mengusir penjajah tapi
perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan Bangsamu sendiri”.(pidato,10 November 1961).-Bung Karno
Narasi ini yang selalu segar diingat penulis karena sesuai dengan
realitas yang terjadi pada dekade ini.
Bangsa kita memiliki sejarah kelam yang sangat membekas bahkan luka itu
sewaktu-waktu akan muncul sembari dengan kepentingan politik di bangsa ini,
namun itu sudah mati bersama para founding
fathers yang telah mendahui kita.
Semoga Tuhan yang Maha Esa memberkati segala perjuangan, pengorbanan
jiwa raga yang ihklas demi ibu pertiwi yang kita cintai Aamiin
Di Era melenial saat ini kita diperhadapkan dengan berbagai macam
tantangan Global yang tidak asing lagi dikuping (telinga), sebut saja Bonus Demografi, Industry Four Point Zero
(4.0).
Industry 4.0 kini menjadi boomerang bagi Civil Society yang salah kapra dalam pemanfaatan dunia digital, kebohongan,
kebodohan, pertengkaran, perselisihan dan pencitraan jadi senjata ampuh
mereka-mereka yang memiliki kepentingan sesaat.
Anehnya bila orang jujur mengatakan kebenaran maka kebenaran itu akan
dipoles menjadi kesalahan yang menyudutkan orang jujut itu jadi jahat sejagat
raya (Miris), lawan politik dihanggap
musuh besar yang harus dibumi hanguskan dikehidupan nyata, “If you fight then you have to die”. Apa
kata Dunia..!!!
Fakta otentik yang kemudian hangat
(panas-panas tai ayam) dibicarakan yakni
FPI dan Kepolisian RI terkait insiden penembakan yang menewaskan 6 Orang
pengawal Imam Besar Habib Rizieq Shihab (IB-HRS).
kumparanNEWS.
Dinamika yang demikian juga terjadi disituasi regional, dikarenakan
Politik nasional telah mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam berpolitik hingga
daerah-daerah turut dampak dari praktek politik yang demikian itu. Berbagai varians
yang
tidak lagi mengedepankan Justice Velue (nilai
keadilan). Halalkan berbagai cara untuk sampai pada puncak kekuasaan.
Praktik Oligarki sudah menjadi kebiasaan buruk bagi kelompok Pro
pemerintahan, dan pemerintah itu sendiri, sehingga society the poor harus dipaksakan
tunduh seperti perbudakan di zaman kerajaan Romawi Kuno.
Nilai-nilai Ngaku rasai, sopan re hormat, budi re Bahasa (falsafah fagogoru) sudah berhasil
menjadi tameng dalam pencapaian kedudukan tinggi (kekuasaan).
Bila implementasinya bertolak belakang dengan nilai-nilai falsafah fagogoru sendiri maka bisa dipakai untuk melawan
kekuasaan (senjata bagi oposisi).
Siapa saja dapat berdiri pada garis oposisi, karena oposisi itu baik untuk
membantu menterilkan apa yang seharusnya menjadi keharusan pemerintahan.
Halmahera Tengah krisis akan Oposisi,
sebab yang terjadi adalah anti oposisi (anti
kritik). Padahal pemerintahan akan baik bila ada Oposisi yang selalu kritis
terhadap persoalan keummatan dan kemaslaatan segenap masyarakatnya secara
kolektif.
“Aku berpikir tentang
gerakan,
tapi mana mungkin kalau diam”. -Wiji Tukul
Masyarakat yang sadar akan kebodohan tidak akan tinggal diam dengan
persoalan daerahnya, ia tidak diam dalam kebelengguan yang carut-marut, agar
menjadi tameng perlawanan bagi pemerintah, sebab ia akan menjelma sebagai hantu
yang mengerikan untuk pemimpin yang semena-mena.
Kelompok Pro Pemerintah (bukan
koalisi) terlihat gagah dalam meng-cover isu komprehensif yang dialamatkan
kepada tuannya akan langsung meluapkan amarah seakan bola api itu akan merusak
wajah gagahnya. Dinamika itu terjadi di salah satu Facebook Grup Nuansa Halmahera Tengah. Maba, 08 Desember
2020
Penulis : Yudistira Johan ( Ketum HIPMA Halteng
Jabodetabek 2018-2020)