![]() |
Film yang berdurasi hampir dua jam, membuat saya harus
menonton dengan suasana yang begitu tegang. Saya sedang membayangkan
berada di India serta menikmati keindahan Hotel Mumbai, sambil menangis
ketakutan menunggu giliran untuk mati ditangan para kaum muda yang rela mati
demi jihad.
Dalam bayangan saya film ini pasti tidak ada bedanya
dengan film-film India lain yang menyuguhkan, kenyataan kehidupan mulai dari
persoalan kemiskinan hingga kekuasaan. Bahkan pasti dibalut dengan romantisme
percintaan sambil bernyanyi dan bergoyang, Sungguh bayangan itu hilang ketikan
saya mulai menonton, dalam pikiran saya hanya membayangkan bagaimana ketika
saya berada disituasi ini ?
Di awal-awal film ada sekelompok kaum muda yang
berjumlah sekitar sepuluh orang, menaiki speed boat menuju kota Mumbai. Dalam
perjalanan ada sebuah percakapan yang muncul lewat sebuah alat komunikasi entah
Hp, atau apapun itu setidaknya suara yang bercakap itu seperti ini.
“Kalian merasa kuat, merasa tenang, tidak ada rasa takut
dalam hati kalian. Lihatlah keseberang saudara-saudaramu dan lihat aku dimata
mereka, kalian semua seperti anak bagiku aku mnyertai kalian, Allah menyertai
kalian, surga menanti kalian”
Sesampainya di kota Mumbai kelompok kaum muda
sebagian menuju staisun kereta api dan sebagian lainnya menuju Hotel
Mumbai, sebagai titik api. Kelompok kaum muda yang berada di stasiun kereta api
mulai melancarkan serangan memakai senjata kaliber menembaki berbagai warga
yang ada disekitar, dan beberapa saat kemudian keduanya dikabarkan berhasil
dilumpuhkan pihak aparat kepolisian India.
Sementara kelompok kaum muda lain sudah berhasil
mengambil alih Hotel Mumbai, hotel ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang
kaya dari berbagai belahan dunia yang sedang ke India. Hotel Mumbai menjadi
sasaran titik api untuk menjalankan jihad tersebut dengan dalih membela agama
dan Tuhan, alias membawa sebuah keyakinan Fundamentalisme agama .
Film Hotel Mumbai adalah sebuah film kisah nyata
yang menceritakan serangan teroris di kota Mumbai India di tahun 2008,
sutradara film Anthony Maras. Ketika anda menonton film ini maka anda akan
terbayang bagaimana peristiwa Bom Bali, dan serangan teroris laiinya di
berbagai daerah di Indonesia maupun di berbagai negara.
Akumulasi kekayaan oleh segilintir manusia dengan
merusak alam semakin banyak membuat pemiskinan mayoritas manusia dimuka bumi,
melahirkan kemarahan-kemarahan orang-orang miskin diseluruh dunia. Disisi yang
lain para pemuka-pemuka agama hidup bergelimang kekayaan, para ummat kelaparan
merajalela.
Pada akhirnya kaum muda dalam film mau tak mau harus
menyalurkan kemarahan mereka dengan menggunkan aksi terorisme, karena tidak ada
saluran alternatif yang muncul. Film Hotel Mumbai bisa menjadi referensi untuk membaca
realita yang terjadi di Indonesia banyak sekali kaum muda harus menyalurkan
kemarahan mereka dengan alat organisasi-organisasi fundamentalis-konservatis
seperti FPI dan sejenisnya.
Meminjam analisa Deepa Kumar, paling tidak tiga faktor
yang menjadi fakor utama munculnya konservatis (Islam Politik). Pertama
intervensi dan dominasi imperial yang berlanjut. Kekuatan imprelalis ( terutama
Amerika Serikat), memainkan peran aktif dalam mensponsori dan kelompok-kelompok
konservatis ini untuk berkembang sebagai benteng untuk melawan nasionalisme
sekuler dan kiri.
Kedua kegagalan nasionalisme sekuler dan kiri stalinis
menciptkan kekososangan politik progresif. Ketiga krisis akut kapitalisme di
beberapa negara menunjukan bahwa kapitalisme tidak mampu memberikan solusi
untuk nasionalis. Pada akhinrnya kaum konsevatis( Islam Politik) menawarkan
solusi “ Islami” dan jaringan ini makin berkembang pesat. (Baca : Islam
Politik, sebuah analisis marxis, Deepa Kumar).
Kembali ke film, yang membuat saya bertanya “ kenapa
setelah semua orang sudah menjadi korban, setelah itu para militer baru muncul,
walaupun sudah ada polisi namun ahli untuk menangani teroris adalah mereka para
militer di India didik untuk memberantas teroris. Saya kembali teringat tragedy
1999-2000 di Gane Halmahera Selatan , hati kecil saya berkata “ sama deng
pas kerusuhan samua orang so korban baru aparat yang katanya keamanan datang”.
Teringat juga kerusuhan 21-22 Mei 2019 setelah Pemilu,
hati kecil saya berkata “ mawar berduri tidak mau tersingkir dari panggung
politik, walupun wiji thukul hilang tak tau kuburannya”
Membuat saya semakin bersemangat adalah mereka para pekerja-pekerja hotel itu menjadi penyelamat bagi para tamu-tamu hotel tersebut, ini membuat saya semakin yakin kalau kelas pekerjalah yang harus menjadi pelopor perdamaian dunia dengan membangun sebuah dunia baru tanpa penghisapan dan penindasan, serta menghapuskan politik perang dimukan bumi
Penulis
: Ali Akbar
Editor : Admin